Seorang manusia tumbuh besar dan berkembang di dunia ini tidak hanya berkutip dari sekala keluarga saja melainkan juga berkembang secara sosial terhadap isi dunia lainnya. Dan tentunya orang tua maupun keluarga kita selalu memberi motivasi kepada kita untuk bisa menjadi insan lebih baik dari pada mereka, lalu bagaimanakah cara keluarga bisa menjadikan kita lebih baik dari pada mereka? Bagaimanakah cara mereka menjadikan kita bisa hidup lebih layak daripada mereka? Dan bagaaimana cara mereka melihat anaknya bisa sukses di mata mereka? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang menjadi dasar dan alasan bagi semua keluarga maupun orang tua menyadari bahwa penerapan pendidikan dan karakter anak tidaklah cukup dilakukan dalam sumber sekala keluarga saja, dan peran keluarga dirasa tidak cukup untuk memberikan pencapaian cita-cita, kebahagiaan dan kebebasan seorang manusia, dan akhirnya dengan adanya peristiwa sosial semacam ini memunculkan adanya dan pentingnya pendidikan diluar keluarga seperti pentingnya pengaruh lingkungan terhadap kita, dan pentingnya pendidikan sekolahan, pesantren, home schooling, panti pendidikan, sampai pentingnya manusia mendapat pendidikan. Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban setiap manusia, namun apakah tujuan sebenarnya pemberian ilmu dan pendidikan tersebut ? dimana dan bagaimanakah system yang dikira relefan untuk memperoleh ilmu sebagai penunjang pendidikan tersebut ? secara menyeluruh jawaban setiap orang dari pertanyaan tersebut bisa berbeda-beda, namun pada intinya dapat disimpulkan bahwa menutut ilmu itu untuk berkembang dimasa depan, bekal dunia dan akhirat, mencari pengalaman agar bisa hidup lebih baik, meningkatkan kualitas diri seseorang, mencari peluang untuk sukses dan bisa berguna bagi orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Ketika semua teori dan prakteknya telah diberikan, namun dalam evaluasi selama bertahun-tahun ternyata masih belum bisa dan mungkin tidak akan pernah bisa untuk menggapai cita-cita dan tujuan awal dalam pendidikan inilah yang patut di pertanyakan, kekeliruan dalam suatu system sangat dimungkinkan bisa terjaadi, mungkin dari system atau dari oknum, sesuai dengan pernyataan menteri pendidikan dan kebudayan, 24 jam bertatap muka tidak mencerminkan tugas pokok guru secara keseluruhan. Sebab, tugas pokok guru tidak hanya mengajar di kelas. "Akibatnya banyak tugas guru yang tak diakui," Untuk itu, pemerintah mencari alternatif dengan menerapkan jam kerja lima hari terhadap guru. Namun, tetap mengedepankan kinerja sebagaimana standar yang berlaku bagi aparatur sipil negara pada umumnya."Sehingga muncul lah lima hari jam kerja itu. Dan akhirnya sekolah harus menyesuaikan menjadi lima hari sekolah,. Dengan begitu suatu tujuan dan cita-cita akan bisa tercapai jika proses didalam pelaku dan systemnya bisa dianggap relevan. Namun hal itu juga bisa dan mungkin berakibat sebaliknya.
Dewasa ini dapat kita saksikan secara bersama-sama betapa cepat dan pesatnya perkembangan diberbagai bidang. Peran pendidikan dalam kemajuan dalam suatu negara sangatlah penting, harus bisa bersinergi ke dalam berbagai penjuru, namun kembali timbul pertanyaan dalam pembahasan mutu pendidikan, sejauh mana kualitas dan prestasi pendidikan selama ini ? adapun jawaban dari pertanyaan tersebut dapat kita temui dengan realita kehidupan penduduk sekitar dalam kesehari-hariannya, kita lihat mereka yang memperoleh pengenyaman pendidikan setingkat menengah ataupun atas dengan mereka yang sampai pada tingkat tinggi, mereka yang kategori menengah diibaratkan memperoleh kelayakan hidup 50% dan mereka yang kategori tingkat tinggi ternyata juga memperoleh kelayakan 50%, disini kita melihat bukan dari kacamata bagaimana mereka mendapatkan kelayakan, tetapi kita melihat bagaimana hasil mereka mendapatkan kelayakan hidup tersebut. Dan kesimpulannya walaupun mereka tidak mendapatkan pendidikan sampai ke tingkat tinggi ternyata mereka mampu untuk memperoleh kelayakan hidup setara dengan mereka yang mengenyam pendidikan sampai tingkat tinggi, dan mereka yang mengenyam pendidikan sampai tingkat tinggi ternyata belum bisa menunjukan kualitas dan mutu mereka dalam memperoleh kelayakan hidup yang sesuai dengan tingkatan mereka sendiri. Ini menunjukan bahwa belum adanya peningkatan dari mutu pendidikan kepada cita-cita dan tujuan pendidikan untuk untuk berkembang dimasa depan, bekal dunia dan akhirat, mencari pengalaman agar bisa hidup lebih baik, mencari peluang untuk sukses di kemudian hari tersebut. Dengan adanya
“Change of time and school hours” baru di era kemedsosan sekarang ini, bukan hanya memberikan pandangan baru bagi kita namun juga mengajak kita dalam proses perubahan cara dan gaya hidup masyarakat di masa mendatang, putusan jam kerja tersebut sudah pasti mendapatkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, guru dan siswa. Pemerintah boleh lega kepada mereka yang pro pada putusannya, namun juga harus bisa mengkaji ulang untuk memberi kejelasan lebih dan memberi kebijakan secara dingin kepada mereka yang kontra terhadap putusannya. Agar semua bisa secara bersama-sama berjalan untuk menggapai tujuan dan cita-cita pendidikan, dan menerima dengan tujuan keloyalan dan pengabdian yang lebih dari hati terhadap negeri ini, Dengan begitu suatu tujuan dan cita-cita akan bisa tercapai jika proses didalam pelaku dan systemnya bisa berintegritas dengan baik. Tulisan ini bukan suatu logika yang pro terhadap FDS (full day school) juga bukan yang kontra terhadapnya, melainkan sebagai tanggapan tentang pentingnya kesinergian antara pelaku dengan system.
malik efendie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar